Nama :
Villy Viman ELFitry
NPM :
115040258
Kelas :
Akuntansi I
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kebutuhan gizi pada ibu yang mengandung dan menyusui harus di
pertimbangkan dalam hubungannya dengan gizi anak sebelum lahir dan sewaktu
bayi. Gizi ibu menyusui penting untuk memulihkan kondisi ibu pasca persalinan
dan gizi ibu menyusui penting untuk produksi ASI. Ibu menyusui memerlukan
tambahan zat gizi yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI dan untuk yang akan
disimpan dalam ASI ibu sendiri.
Dampak negatif jika gizi pada ibu menyusui tidak mencukupi berpengaruh
pada status gizi dan kesehatan ibu, serta menyebabkan ASI yang dihasilkan
sangat rendah kualitasnya. Di indonesia banyak budaya serta adat istiadat di
masyarakat yang sudah turun
temurun. Diantara banyaknya tradisi dan adat istiadat suatu daerah terdapat
banyak mitos mengenai larangan atau anjuran kepada ibu yang sedang melahirkan,
menyusui dan ibu nifas. Mitos tersebut tidak selalu benar pada kenyataannya.
Banyak mitos yang beredar di masyarakat yang tidak memiliki alasan yang kuat
berdasarkan ilmu kesehatan. Terutama gizi pada ibu menyusui, dimana terdapat
banyak mitos seputar makanan yang di larang atau dianjurkan untuk ibu yang
sedang menyusui bayinya.
Melihat keadaan tersebut, perlu dilakukan pembenaran atas mitos-mitos
yang sudah ada pada masyarakat. Perlu dilihat dari segi ilmu kesehatan, gizi
ibu menyusui dan faktor-faktor yang menguatkan bahwa mitos tersebut benar atau
malah akan berdampak buruk bagi ibu maupun bayi.
1.2 Tujuan
Di harapkan pembaca menambah wawasan dan pengetahuan seputar mitos-mitos
yang ada di masyarakat pada umumnya dan dapat mengetahui mitos-mitos yang salah
bahkan membahayakan bagi pasien serta dapat menjawab pertanyaan selama ini
seputar mitos-mitos yang ada di masyarakat dengan benar sesuai dengan ilmu gizi
kesehatan.
1.3 Manfaat
penulisan
Manfaat penulisan makalah ini
diarahkan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi lembaga
terkait.
1. Teoritis
Hasil studi ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan pengetahuan yang berhubungan
dengan gizi pada ibu
menyusui serta asuhan konseling ibu menyusui dalam ilmu kebidanan.
2. Aplikatif,
antara lain:
a. Institusi
Hasil studi kasus ini
dapat dimanfaatkan sebagai masukan penatalaksanaan asuhan kebidanan, konseling
serta gizi pada ibu menyusui
b. Klien dan
Masyarakat
Agar klien dan masyarakat mendapat informasi yang tepat
dan benar seputar mitos-mitos yang berkembang di daerah mereka sehingga tidak
terjadi kesalah pahaman terhadap asupan makanan yang di konsumsi selama masa
menyusui.
c. Bagi
mahasiswa
Meningkatkan
pengetahuan seputar
mitos-mitos makanan terlarang bagi ibu menyusui serta mengetahui kebenaran dari
mitos tersebut agar dapat diaplikasikan dalam praktik sehari-hari.
1.4 Ruang
lingkup
Pada penulisan makalah ini penulis memberikan ruang lingkup dalam
pembahasan makalah ini, antara lain :
a.
Kebutuhan
gizi ibu menyusui
b.
Mitos
seputar makanan terlarang bagi ibu menyusui
1.5 Sistematika
penulisan
1. Bab
I : Meliputi pendahuluan, latar
belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
dan
sistematika penulisan.
2. Bab
II : Meliputi
pembahasan tentang gizi ibu
menyusui, mitos-mitos makanan terlarang
pada
ibu menyusui.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Gizi pada ibu menyusui
Gizi
pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka
berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta
kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui
tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah
makanan yang menjamin pembentukan ASI yang berkualitas dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Kekurangan
gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.
Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah
terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata
ataupun tulang.
·
Kebutuhan Energi : Tambahan masukan energi pada bagi ibu pada 6 bulan
pertama sekitar ± 700 kkal/hari tambahan masukan energi pada 6 bulan kedua
dianjurkan sebanyak 500 kkal/hari. Tambahan untuk tahun kedua dianjurkan 400
kkal/hari.
·
Kebutuhan protein : Tambahan protein ekstra sebesar 16 gr/hari untuk 6
bulan pertama. Untuk 6 bulan kedua sebesar 12 gr/hari. Untuk tahun ke 2 sebesar
11 gr/hari.
·
Zat besi : terdapat sebanyak 0,3 mg/hari
dikeluarkan dalam bentuk ASI, maka jumlah ini perlu ditambahkan dalam
"basal loss" maka rata-rata kebutuhan untuk 6 bulan pertama menyusui adalah
1,1 mg/hari sehingga memerlukan tambahan besi sebesar 5 mg tiap hari.
·
Lemak : kebutuhan lemak sebesar 25 – 30%
dari total kebutuhan energi.
·
Kalsium : diperlukan tambahan dalam jumlah
yang cukup besar sebesar 400 mg, karena dalam proses produksi ASI, tubuh akan
menjaga konsentrasi. Kalsium dalam ASI relatif konstan, baik dalam kondisi
intake kalsium cukup ataupun kurang. Jika intake Kalsium tidak mencukupi maka
kebutuhan kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari deposit yang ada pada tubuh ibu, termasuk dalam tulang.
Tambahan Kecukupan Zat Gizi Wanita
Menyusui
perorang per hari pada Masa Wanita
Menyusui
ZAT GIZI
|
0-6 bulan
|
7-12 bulan
|
|
Energi
|
(kkal)
|
+ 700
|
+ 500
|
Protein
|
(g)
|
+ 16
|
+ 12
|
Vit A
|
(RE)
|
+ 350
|
+ 300
|
Tiamin
|
(mg)
|
+ 0,3
|
+ 0,3
|
Riboflavin
|
(mg)
|
+ 0,4
|
+ 0,3
|
Niasin
|
(mg)
|
+ 3
|
+ 3
|
Vit B-12
|
(ug)
|
+ 0,3
|
+ 0,3
|
Asam Folat
|
(ug)
|
+ 50
|
+ 40
|
Vit C
|
(mg)
|
+ 25
|
+ 10
|
Kalsium
|
(mg)
|
+ 400
|
+ 400
|
Fosfor
|
(mg)
|
+ 300
|
+ 200
|
Magnesium
|
(mg)
|
+ 40
|
+ 30
|
Besi
|
(mg)
|
+ 2
|
+ 2
|
Seng
|
(mg)
|
+ 10
|
+ 10
|
Iodium
|
(ug)
|
+ 50
|
+ 50
|
Selenium
|
(ug)
|
+ 25
|
+ 20
|
Sumber : LIPI
Pengaruh makanan terhadap kuantitas produksi ASI
Konsumsi ibu menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu/jumlah ASI. Dalam tubuh ibu terdapat cadangan berbagai zat
gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.
Ibu hamil menyimpan cadangan
4 kg sebagai cadangan untuk produksi ASI. Jika konsumsi ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi dapat berakibat kelenjar pembuat air susu tidak dapat
bekerja sempurna dan berpengaruh juga terhadap produksi ASI. Defisit konsumsi
zat gizi secara terus menerus akan terjadi konversi cadangan jaringan tubuh ibu
menjadi ASI mengakibatkan bentuk pauudara menjadi berubah dan jaringan payudara
menjadi mengendor.
Efisiensi konversi zat gizi ibu untuk menjadi ASI adalah
80-90% berasal dari makanan ibu sehari-hari atau berasal dari cadangan jaringan
tubuh ibu.
Ibu dianjurkan minum dalam jumlah cukup, kurang lebih
8 gelas air minum sehari. Konsumsi jenis sayuran tertentu telah secara turun
temuru diakui dapat memperlancar produksi ASI. Misal; daun katuk (mengandung
polifenol dan steroid yang merefleks prolaktin, merangsang alveoli memproduksi
ASI, dan merangsang oksitosin memacu pengeluaran dan pengaliran ASI).
2.2 Mitos seputar makanan
dan perilaku ibu menyusui
1.
Mitos : ibu menyusui tidak boleh minum es karena menyebabkan ASI
dingin dan bayi pilek.
Faktanya hal itu tidak berhubungan sama sekali. Suhu ASI dalam payudara tetap
hangat 37 derajat celcius. Sebaiknya bila ingin mengkonsumsi es dalam batas
yang wajar saja.
2.
Mitos : semasa menyusui, ibu harus makan dua porsi lebih
banyak.
Faktanya tidak demikian. Yang penting adalah konsumsi menu seimbang. Bila ibu
merasa lapar silakan makan, tetapi berhenti bila sudah kenyang. Perhatikan
keseimbangan dan kecukupan gizinya.
3. Mitos : dilarang makan makanan pedas karena akan menyebabkan
perut terasa panas dan air susu pun agak pedas rasanya dan menyebabkan mencret
pada bayi.
Faktanya makanan yang masuk kedalam perut ibu pasti mengalami proses dahulu, yang mengandung sari makanan yang berguna dan yang jadi sampah pasti terpisah. Ketika makanan tersebut diproses menjadi ASI, zat-zat yang terkandung di dalamnya memang sudah siap pakai alias pas untuk diberikan. Jadi sebaiknya memang makanan yang dimakan tidak terlalu banyak mengandung rasa tersebut karena dikhawatirkan bila rasa pedas terlalu banyak akan menyababkan ibu diare yang berakibat jadi dehidrasi dan mengganggu proses menyusui pada bayi.
Faktanya makanan yang masuk kedalam perut ibu pasti mengalami proses dahulu, yang mengandung sari makanan yang berguna dan yang jadi sampah pasti terpisah. Ketika makanan tersebut diproses menjadi ASI, zat-zat yang terkandung di dalamnya memang sudah siap pakai alias pas untuk diberikan. Jadi sebaiknya memang makanan yang dimakan tidak terlalu banyak mengandung rasa tersebut karena dikhawatirkan bila rasa pedas terlalu banyak akan menyababkan ibu diare yang berakibat jadi dehidrasi dan mengganggu proses menyusui pada bayi.
4.
Mitos : banyak mengkonsumsi ikan dapat membuat rasa ASI jadi
bau amis atau anyir.
Faktanya kandungan zat gizi yang terkandung dalam ikan dan sari laut itu banyak mengandung asam lemak omega 3 yang bermanfaat bagi tubuh, misalkan untuk mengontrol kadar kolesterol darah, mencegah jantung koroner, penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.
Faktanya kandungan zat gizi yang terkandung dalam ikan dan sari laut itu banyak mengandung asam lemak omega 3 yang bermanfaat bagi tubuh, misalkan untuk mengontrol kadar kolesterol darah, mencegah jantung koroner, penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.
5.
Mitos : bayi sakit, ibu yang minum obat.
Faktanya bayi yang masih mendapat ASI, saat sakit justru harus semakin banyak diberikan ASI bila perlu frekuensinya ditambah. Tetapi bila ibu yang sakit tentunya harus minum obat, itu pun harus ada rekomendasi dari dokter obat apa yang baik bagi ibu yang menyusui.
Faktanya bayi yang masih mendapat ASI, saat sakit justru harus semakin banyak diberikan ASI bila perlu frekuensinya ditambah. Tetapi bila ibu yang sakit tentunya harus minum obat, itu pun harus ada rekomendasi dari dokter obat apa yang baik bagi ibu yang menyusui.
6.
Mitos : bayi perlu tambahan asupan vitamin D.
Faktanya produsen susu formula memang menambahkannya pada produk mereka. Namun
bayi lahir dengan hati yang penuh dengan vitamin D serta kebiasaan menjemur
bayi setiap pagi juga membantu ia mendapatkan tambahan vitamin D melalui sinar
ultra violet.
7.
Mitos : menyusui akan mengakibatkan payudara kendur.
Faktanya, payudara membesar karena kantung-kantung saat menyusui, otot-otot
dalam payudara berkontraksi untuk mengeluarkan ASI dari payudara sehingga
kantung-kantung kosong dan kembali ke ukuran semula. Bila menyapih secara
berkala, maka volume ASI maksimal dalam payudara perlahan-lahan akan berkurang
lalu payudara akan menyesuaikan ke ukuran idealnya.
8.
Mitos : payudara berukuran kecil, tidak banyak menghasilkan
ASI.
Faktanya ukuran payudara dibedakan oleh jumlah lemak dalam payudara. Makin
banyak lemaknya, makin besar ukurannya. Namun kemampuan payudara untuk
memproduksi ASI tetap sama. Volume ASI dalam payudara di tentukan oleh jumlah
yang dihisap. Makin sering bayi menghisap efektif, makin cepat ASI diproduksi
dan payudara makin cepat terisi optimal.
9.
Mitos : Kolostrum / ASI pertama adalah susu basi.
Faktanya kolostrum adalah cairan dengan nilai gizi sangat tinggi serta
mengandung zat-zat kekebalan yang sangat berguna melindungi bayi dari berbagai
kuman yang membahayakan pada hari-hari pertama bayi lahir.
10.
Mitos : payudara kanan mengandung makanan dan yang kiri
minuman.
Faktanya bukan payudara kiri dan kanan yang memiliki perbedaan kandungan
menyerupai makanan dan minuman, melainkan “waktu” ASI yang keluar dari
payudara. ASI yang keluar pertama dari payudara (ASI awal) akan lebih jernih
seperti air kelapa karena tinggi kandungan protein dan air. Sedangkan ASI yang
keluar belakangan dari payudara (ASI akhir) tinggi kandungan lemak dan
karbohidratnya.
11.
Mitos : Seorang ibu harus mencuci
putingnya setiap kali sebelum mulai menyusui
Faktanya Pemberian
susu formula kepada seorang bayi memang harus sangat memperhatikan
faktor-faktor kebersihan, karena susu formula merupakan tempat yang baik untuk
berkembang biak-nya bakteri dan juga rentan terhadap kontaminasi.
Membersihkan/mencuci puting malah akan menghilangkan minyak-minyak alami yang
melindungi puting dari resiko lecet karena puting kering.
12.
Mitos : Kebanyakan
wanita tidak bisa menghasilkan ASI yang cukup.
Faktanya : Hampir semua wanita menghasilkan
ASI lebih dari cukup, bahkan sering kali timbul permasalahan seputar pasokan
ASI yang terlalu berlebihan. Seorang bayi yang kenaikan berat badannya lambat,
atau bahkan cenderung mengalami kehilangan berat badan, seringkali bukan disebabkan karena ibunya tidak cukup
menghasilkan ASI, tetapi bayi tersebut tidak berhasil untuk mengeluarkan
dan minum ASI yang dihasilkan oleh ibunya tersebut. Biasanya, hal ini
disebabkan oleh pelekatan yaitu posisi mulut bayi pada payudara ibu yang kurang
tepat. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang ibu baru untuk segera, pada
hari pertama kelahiran, dipandu untuk melakukan pelekatan secara benar oleh
seseorang yang benar-benar mengerti mengenai teknik pelekatan yang tepat.
13.
Mitos : Bayi ASI
membutuhkan tambahan cairan air putih ketika cuaca sedang panas
Faktanya ASI
mengandung seluruh cairan (air) yang dibutuhkan oleh bayi.
14.
Mitos : Normal
kok kalau payudara/puting terasa sakit pada saat kita sedang menyusui.
Faktanya Walaupun
bukan sesuatu hal yang aneh jika pada hari-hari pertama menyusui seorang ibu
akan merasa sedikit kurang nyaman pada payudaranya, tapi kondisi ini seharusnya
hanya berlangsung selama beberapa hari saja, dan tidak boleh menjadi sedemikian
parahnya sehingga seorang ibu menjadi takut untuk menyusui bayinya. Rasa sakit
yang amat sangat pada puting ketika sedang menyusui menandakan bahwa bayi belum
sempurna pelekatannya. Sakit atau lecet pada puting yang berlangsung selama
lebih dari 3-4 hari tidak boleh diabaikan, harus dicari tahu penyebabnya.
Membatasi waktu menyusu pada payudara juga bukan merupakan cara yang tepat
untuk mencegah timbulnya puting lecet. Usahakan agar tindakan mengistirahatkan
payudara dan puting sakit sebagai solusi yang terakhir.
15.
Mitos : 3-4 hari
setelah kelahiran bayi, ASI memang belum (cukup) keluar.
Faktanya Seringkali
memang nampak seperti demikian keadaannya karena posisi pelekatan bayi belum
sempurna sehingga bayi tidak berhasil untuk minum ASI yang tersedia dalam
payudara ibunya. Pada saat belum banyak ASI yang tersedia (memang normalnya
demikianlah keadaannya untuk beberapa hari pertama), posisi pelekatan bayi
harus sempurna sehingga bayi dapat mengeluarkan dan minum ASI dari payudara
ibunya. Ketika pasokan ASI ibu menjadi banyak, kadangkala bayi tetap dapat
minum ASI walaupun pelekatannya kurang baik.
16.
Mitos : Wanita
hamil harus berhenti menyusui.
Faktanya jika ibu dan anak masih menghendaki, menyusui dapat
dilanjutkan. Beberapa ibu terus menyusui anak yang lebih besar bahkan setelah
melahirkan bayi. Banyak wanita memutuskan untuk berhenti menyusui ketika mereka
hamil karena puting mereka yang sakit, atau karena alasan lain, tetapi tidak
perlu terburu-buru atau alasan medis untuk menghentikan menyusui. Pada
kenyataannya, banyak alasan baik untuk tetap menyusui. Pasokan ASI kemungkinan
akan menurun selama kehamilan, tetapi jika bayi mendapat asupan lain, ini bukan
permasalahan.
17.
Mitos : Jika ibu
menjalani operasi, dia harus menunggu sehari sebelum menyusui lagi.
Faktanya Ibu
dapat menyusui segera setelah operasi, segera setelah dia sadar. Baik
obat yang digunakan selama anestesi, obat penghilang rasa sakit atau antibiotik
yang digunakan setelah operasi tidak mengharuskan ibu bergenti menyusui,
kecuali dalam keadaan khusus. Rumah sakit yang paham akan mengakomodasi ibu
menyusui dan bayi ketika salah satu ibu atau bayi perlu dirawat di rumah sakit,
sehingga dapat terus menyusui. Banyak aturan yang membatasi menyusui lebih
untuk kenyamanan staf daripada untuk kepentingan ibu dan bayi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nutrisi yang tepat bagi ibu selama menyusui adalah penting untuk tetap
sehat saat maerawat bayi. Tubuh ibu menggunakan dan membutuhkan banyak sumber
daya untuk menyediakan bagi bayi selama kehamilan, serta selama saat menyusui.
Jika sumber daya ini tidak diganti dan dicukupi, kesehatan ibu dapat terganggu.
Masyarakat indonesia sebagian besar masih ada yang percaya dengan
mitos-mitos atau pantangan-pantangan dalam makanan. Terutama makanan untuk ibu
menyusui. Mitos tersebut secara turun temurun diwariskan dari orang tua yang
sangat kuat mengajarkan hal tersebut dengan segala resiko-resikonya.
Berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi, perlu kita cermati lagi tentang
mitos-mitos yang sudah lama ada dalam lingkungan kita. Berbekal dengan ilmu
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan ibu menyusi maka kita akan mampu
berfikir dengan logika bahwa hal-hal yang selama ini menjadi pantangan bagi
masyarakat sebetulnya tidak selalu benar dan dapat di sanggah dengan alasan
yang logis berdasarkan ilmu kesehatan.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan sudah menjadi tugas bagi kita untuk memberikan
informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat dalam hal ini ibu menyusui.
Memang tidak mudah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun temurun
ada di masyarakat. Tetapi alangkah baiknya jika kita sebagai tenaga kesehatan
mampu mengubah pola pikir masyarakat tentang mitos-mitos seputar ibu menyusui.
DAFTAR PUSTAKA