Kamis, 21 April 2016

MAKALAH MITOS SEPUTAR MAKANAN DAN PERILAKU PADA IBU MENYUSUI

MAKALAH MITOS SEPUTAR MAKANAN DAN PERILAKU PADA IBU MENYUSUI



Nama  : Villy Viman ELFitry
NPM : 115040258
Kelas : Akuntansi I



UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Kebutuhan gizi pada ibu yang mengandung dan menyusui harus di pertimbangkan dalam hubungannya dengan gizi anak sebelum lahir dan sewaktu bayi. Gizi ibu menyusui penting untuk memulihkan kondisi ibu pasca persalinan dan gizi ibu menyusui penting untuk produksi ASI. Ibu menyusui memerlukan tambahan zat gizi yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI dan untuk yang akan disimpan dalam ASI ibu sendiri.
Dampak negatif jika gizi pada ibu menyusui tidak mencukupi berpengaruh pada status gizi dan kesehatan ibu, serta menyebabkan ASI yang dihasilkan sangat rendah kualitasnya. Di indonesia banyak budaya serta adat istiadat di masyarakat yang sudah turun temurun. Diantara banyaknya tradisi dan adat istiadat suatu daerah terdapat banyak mitos mengenai larangan atau anjuran kepada ibu yang sedang melahirkan, menyusui dan ibu nifas. Mitos tersebut tidak selalu benar pada kenyataannya. Banyak mitos yang beredar di masyarakat yang tidak memiliki alasan yang kuat berdasarkan ilmu kesehatan. Terutama gizi pada ibu menyusui, dimana terdapat banyak mitos seputar makanan yang di larang atau dianjurkan untuk ibu yang sedang menyusui bayinya.
Melihat keadaan tersebut, perlu dilakukan pembenaran atas mitos-mitos yang sudah ada pada masyarakat. Perlu dilihat dari segi ilmu kesehatan, gizi ibu menyusui dan faktor-faktor yang menguatkan bahwa mitos tersebut benar atau malah akan berdampak buruk bagi ibu maupun bayi.

1.2  Tujuan
Di harapkan pembaca menambah wawasan dan pengetahuan seputar mitos-mitos yang ada di masyarakat pada umumnya dan dapat mengetahui mitos-mitos yang salah bahkan membahayakan bagi pasien serta dapat menjawab pertanyaan selama ini seputar mitos-mitos yang ada di masyarakat dengan benar sesuai dengan ilmu gizi kesehatan.


1.3  Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diarahkan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi lembaga terkait.
1.   Teoritis
Hasil studi ini dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan pengetahuan yang berhubungan dengan gizi pada ibu menyusui serta asuhan konseling ibu menyusui dalam ilmu kebidanan.
2.   Aplikatif, antara lain:
a.  Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penatalaksanaan asuhan kebidanan, konseling serta gizi pada ibu menyusui
b.  Klien dan Masyarakat
                          Agar klien dan masyarakat mendapat informasi yang tepat dan benar seputar mitos-mitos yang berkembang di daerah mereka sehingga tidak terjadi kesalah pahaman terhadap asupan makanan yang di konsumsi selama masa menyusui.
c.  Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan seputar mitos-mitos makanan terlarang bagi ibu menyusui serta mengetahui kebenaran dari mitos tersebut agar dapat diaplikasikan dalam praktik sehari-hari.
1.4  Ruang lingkup
Pada penulisan makalah ini penulis memberikan ruang lingkup dalam pembahasan makalah ini, antara lain :
a.       Kebutuhan gizi ibu menyusui
b.      Mitos seputar makanan terlarang bagi ibu menyusui

1.5  Sistematika penulisan
1.      Bab I   : Meliputi pendahuluan, latar belakang, tujuan penulisan, manfaat   penulisan, dan
              sistematika penulisan.
2.      Bab II : Meliputi pembahasan tentang gizi ibu menyusui, mitos-mitos makanan terlarang
              pada ibu menyusui.
3.      Bab III : Penutup berupa kesimpulan dan saran.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Kebutuhan Gizi pada ibu menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan ASI yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.
·         Kebutuhan Energi : Tambahan masukan energi pada bagi ibu pada 6 bulan pertama sekitar ± 700 kkal/hari tambahan masukan energi pada 6 bulan kedua dianjurkan sebanyak 500 kkal/hari. Tambahan untuk tahun kedua dianjurkan 400 kkal/hari.
·         Kebutuhan protein : Tambahan protein ekstra sebesar 16 gr/hari untuk 6 bulan pertama. Untuk 6 bulan kedua sebesar 12 gr/hari. Untuk tahun ke 2 sebesar 11 gr/hari.
·         Zat besi : terdapat sebanyak 0,3 mg/hari dikeluarkan dalam bentuk ASI, maka jumlah ini perlu ditambahkan dalam "basal loss" maka rata-rata kebutuhan untuk 6 bulan pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari sehingga memerlukan tambahan besi sebesar 5 mg tiap hari.
·         Lemak : kebutuhan lemak sebesar 25 – 30% dari total kebutuhan energi.
·         Kalsium : diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sebesar 400 mg, karena dalam proses produksi ASI, tubuh akan menjaga konsentrasi. Kalsium dalam ASI relatif konstan, baik dalam kondisi intake kalsium cukup ataupun kurang. Jika intake Kalsium tidak mencukupi maka kebutuhan kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari deposit yang ada pada tubuh ibu, termasuk dalam tulang.


Tambahan Kecukupan Zat Gizi Wanita Menyusui
perorang per hari pada Masa Wanita Menyusui

ZAT GIZI
0-6 bulan
7-12 bulan
Energi
(kkal)
+ 700
+ 500
Protein
(g)
+ 16
+ 12
Vit A
(RE)
+ 350
+ 300
Tiamin
(mg)
+ 0,3
+ 0,3
Riboflavin
(mg)
+ 0,4
+ 0,3
Niasin
(mg)
+ 3
+ 3
Vit B-12
(ug)
+ 0,3
+ 0,3
Asam Folat
(ug)
+ 50
+ 40
Vit C
(mg)
+ 25
+ 10
Kalsium
(mg)
+ 400
+ 400
Fosfor
(mg)
+ 300
+ 200
Magnesium
(mg)
+ 40
+ 30
Besi
(mg)
+ 2
+ 2
Seng
(mg)
+ 10
+ 10
Iodium
(ug)
+ 50
+ 50
Selenium
(ug)
+ 25
+ 20

Sumber : LIPI

Pengaruh makanan terhadap kuantitas produksi ASI
Konsumsi ibu menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu/jumlah ASI. Dalam tubuh ibu terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Ibu hamil menyimpan cadangan 4 kg sebagai cadangan untuk produksi ASI. Jika konsumsi ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi dapat berakibat kelenjar pembuat air susu tidak dapat bekerja sempurna dan berpengaruh juga terhadap produksi ASI. Defisit konsumsi zat gizi secara terus menerus akan terjadi konversi cadangan jaringan tubuh ibu menjadi ASI mengakibatkan bentuk pauudara menjadi berubah dan jaringan payudara menjadi mengendor.
Efisiensi konversi zat gizi ibu untuk menjadi ASI adalah 80-90% berasal dari makanan ibu sehari-hari atau berasal dari cadangan jaringan tubuh ibu.
Ibu dianjurkan minum dalam jumlah cukup, kurang lebih 8 gelas air minum sehari. Konsumsi jenis sayuran tertentu telah secara turun temuru diakui dapat memperlancar produksi ASI. Misal; daun katuk (mengandung polifenol dan steroid yang merefleks prolaktin, merangsang alveoli memproduksi ASI, dan merangsang oksitosin memacu pengeluaran dan pengaliran ASI).

2.2 Mitos seputar makanan dan perilaku ibu menyusui
1.        Mitos : ibu menyusui tidak boleh minum es karena menyebabkan ASI dingin dan bayi pilek.
Faktanya hal itu tidak berhubungan sama sekali. Suhu ASI dalam payudara tetap hangat 37 derajat celcius. Sebaiknya bila ingin mengkonsumsi es dalam batas yang wajar saja.
2.        Mitos  : semasa menyusui, ibu harus makan dua porsi lebih banyak.
Faktanya tidak demikian. Yang penting adalah konsumsi menu seimbang. Bila ibu merasa lapar silakan makan, tetapi berhenti bila sudah kenyang. Perhatikan keseimbangan dan kecukupan gizinya.
3.       Mitos : dilarang makan makanan pedas karena akan menyebabkan perut terasa panas dan air susu pun agak pedas rasanya dan menyebabkan mencret pada bayi.
Faktanya makanan yang masuk kedalam perut ibu pasti mengalami proses dahulu, yang mengandung sari makanan yang berguna dan yang jadi sampah pasti terpisah. Ketika makanan tersebut diproses menjadi ASI, zat-zat yang terkandung di dalamnya memang sudah siap pakai alias pas untuk diberikan. Jadi sebaiknya memang makanan yang dimakan tidak terlalu banyak mengandung rasa tersebut karena dikhawatirkan bila rasa pedas terlalu banyak akan menyababkan ibu diare yang berakibat jadi dehidrasi dan mengganggu proses menyusui pada bayi.
4.        Mitos : banyak mengkonsumsi ikan dapat membuat rasa ASI jadi bau amis atau anyir.
   Faktanya kandungan zat gizi yang terkandung dalam ikan dan sari laut itu banyak mengandung asam lemak omega 3 yang bermanfaat bagi tubuh, misalkan untuk mengontrol kadar kolesterol darah, mencegah jantung koroner, penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.
5.        Mitos : bayi sakit, ibu yang minum obat.
   Faktanya bayi yang masih mendapat ASI, saat sakit justru harus semakin banyak diberikan ASI bila perlu frekuensinya ditambah. Tetapi bila ibu yang sakit tentunya harus minum obat, itu pun harus ada rekomendasi dari dokter obat apa yang baik bagi ibu yang menyusui.
6.        Mitos : bayi perlu tambahan asupan vitamin D.
Faktanya produsen susu formula memang menambahkannya pada produk mereka. Namun bayi lahir dengan hati yang penuh dengan vitamin D serta kebiasaan menjemur bayi setiap pagi juga membantu ia mendapatkan tambahan vitamin D melalui sinar ultra violet.
7.        Mitos : menyusui akan mengakibatkan payudara kendur.
Faktanya, payudara membesar karena kantung-kantung saat menyusui, otot-otot dalam payudara berkontraksi untuk mengeluarkan ASI dari payudara sehingga kantung-kantung kosong dan kembali ke ukuran semula. Bila menyapih secara berkala, maka volume ASI maksimal dalam payudara perlahan-lahan akan berkurang lalu payudara akan menyesuaikan ke ukuran idealnya.
8.        Mitos : payudara berukuran kecil, tidak banyak menghasilkan ASI.
Faktanya ukuran payudara dibedakan oleh jumlah lemak dalam payudara. Makin banyak lemaknya, makin besar ukurannya. Namun kemampuan payudara untuk memproduksi ASI tetap sama. Volume ASI dalam payudara di tentukan oleh jumlah yang dihisap. Makin sering bayi menghisap efektif, makin cepat ASI diproduksi dan payudara makin cepat terisi optimal.
9.        Mitos : Kolostrum / ASI pertama adalah susu basi.
Faktanya kolostrum adalah cairan dengan nilai gizi sangat tinggi serta mengandung zat-zat kekebalan yang sangat berguna melindungi bayi dari berbagai kuman yang membahayakan pada hari-hari pertama bayi lahir.
10.    Mitos : payudara kanan mengandung makanan dan yang kiri minuman.
Faktanya bukan payudara kiri dan kanan yang memiliki perbedaan kandungan menyerupai makanan dan minuman, melainkan “waktu” ASI yang keluar dari payudara. ASI yang keluar pertama dari payudara (ASI awal) akan lebih jernih seperti air kelapa karena tinggi kandungan protein dan air. Sedangkan ASI yang keluar belakangan dari payudara (ASI akhir) tinggi kandungan lemak dan karbohidratnya.
11.    Mitos : Seorang ibu harus mencuci putingnya setiap kali sebelum mulai menyusui
Faktanya Pemberian susu formula kepada seorang bayi memang harus sangat memperhatikan faktor-faktor kebersihan, karena susu formula merupakan tempat yang baik untuk berkembang biak-nya bakteri dan juga rentan terhadap kontaminasi. Membersihkan/mencuci puting malah akan menghilangkan minyak-minyak alami yang melindungi puting dari resiko lecet karena puting kering.
12.    Mitos : Kebanyakan wanita tidak bisa menghasilkan ASI yang cukup.
Faktanya : Hampir semua wanita menghasilkan ASI lebih dari cukup, bahkan sering kali timbul permasalahan seputar pasokan ASI yang terlalu berlebihan. Seorang bayi yang kenaikan berat badannya lambat, atau bahkan cenderung mengalami kehilangan berat badan, seringkali bukan disebabkan karena ibunya tidak cukup menghasilkan ASI, tetapi bayi tersebut tidak berhasil untuk mengeluarkan dan minum ASI yang dihasilkan oleh ibunya tersebut. Biasanya, hal ini disebabkan oleh pelekatan yaitu posisi mulut bayi pada payudara ibu yang kurang tepat. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang ibu baru untuk segera, pada hari pertama kelahiran, dipandu untuk melakukan pelekatan secara benar oleh seseorang yang benar-benar mengerti mengenai teknik pelekatan yang tepat. 
13.    Mitos : Bayi ASI membutuhkan tambahan cairan air putih ketika cuaca sedang panas
Faktanya ASI mengandung seluruh cairan (air) yang dibutuhkan oleh bayi.
14.    Mitos : Normal kok kalau payudara/puting terasa sakit pada saat kita sedang menyusui. 
Faktanya Walaupun bukan sesuatu hal yang aneh jika pada hari-hari pertama menyusui seorang ibu akan merasa sedikit kurang nyaman pada payudaranya, tapi kondisi ini seharusnya hanya berlangsung selama beberapa hari saja, dan tidak boleh menjadi sedemikian parahnya sehingga seorang ibu menjadi takut untuk menyusui bayinya. Rasa sakit yang amat sangat pada puting ketika sedang menyusui menandakan bahwa bayi belum sempurna pelekatannya. Sakit atau lecet pada puting yang berlangsung selama lebih dari 3-4 hari tidak boleh diabaikan, harus dicari tahu penyebabnya. Membatasi waktu menyusu pada payudara juga bukan merupakan cara yang tepat untuk mencegah timbulnya puting lecet. Usahakan agar tindakan mengistirahatkan payudara dan puting sakit sebagai solusi yang terakhir.
15.    Mitos : 3-4 hari setelah kelahiran bayi, ASI memang belum (cukup) keluar.
Faktanya Seringkali memang nampak seperti demikian keadaannya karena posisi pelekatan bayi belum sempurna sehingga bayi tidak berhasil untuk minum ASI yang tersedia dalam payudara ibunya. Pada saat belum banyak ASI yang tersedia (memang normalnya demikianlah keadaannya untuk beberapa hari pertama), posisi pelekatan bayi harus sempurna sehingga bayi dapat mengeluarkan dan minum ASI dari payudara ibunya. Ketika pasokan ASI ibu menjadi banyak, kadangkala bayi tetap dapat minum ASI walaupun pelekatannya kurang baik.
16.    Mitos : Wanita hamil harus berhenti menyusui.
Faktanya jika ibu dan anak masih menghendaki, menyusui dapat dilanjutkan. Beberapa ibu terus menyusui anak yang lebih besar bahkan setelah melahirkan bayi. Banyak wanita memutuskan untuk berhenti menyusui ketika mereka hamil karena puting mereka yang sakit, atau karena alasan lain, tetapi tidak perlu terburu-buru atau alasan medis untuk menghentikan menyusui. Pada kenyataannya, banyak alasan baik untuk tetap menyusui. Pasokan ASI kemungkinan akan menurun selama kehamilan, tetapi jika bayi mendapat asupan lain, ini bukan  permasalahan.
17.    Mitos : Jika ibu menjalani operasi, dia harus menunggu sehari sebelum menyusui lagi. 
Faktanya Ibu dapat menyusui segera setelah operasi, segera setelah dia sadar.  Baik obat yang digunakan selama anestesi, obat penghilang rasa sakit atau antibiotik yang digunakan setelah operasi tidak mengharuskan ibu bergenti menyusui, kecuali dalam keadaan khusus. Rumah sakit yang paham akan mengakomodasi ibu menyusui dan bayi ketika salah satu ibu atau bayi perlu dirawat di rumah sakit, sehingga dapat terus menyusui. Banyak aturan yang membatasi menyusui lebih untuk kenyamanan staf daripada untuk kepentingan ibu dan bayi.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Nutrisi yang tepat bagi ibu selama menyusui adalah penting untuk tetap sehat saat maerawat bayi. Tubuh ibu menggunakan dan membutuhkan banyak sumber daya untuk menyediakan bagi bayi selama kehamilan, serta selama saat menyusui. Jika sumber daya ini tidak diganti dan dicukupi, kesehatan ibu dapat terganggu.
Masyarakat indonesia sebagian besar masih ada yang percaya dengan mitos-mitos atau pantangan-pantangan dalam makanan. Terutama makanan untuk ibu menyusui. Mitos tersebut secara turun temurun diwariskan dari orang tua yang sangat kuat mengajarkan hal tersebut dengan segala resiko-resikonya.
Berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi, perlu kita cermati lagi tentang mitos-mitos yang sudah lama ada dalam lingkungan kita. Berbekal dengan ilmu pengetahuan tentang gizi dan kesehatan ibu menyusi maka kita akan mampu berfikir dengan logika bahwa hal-hal yang selama ini menjadi pantangan bagi masyarakat sebetulnya tidak selalu benar dan dapat di sanggah dengan alasan yang logis berdasarkan ilmu kesehatan.

3.2  Saran
Sebagai tenaga kesehatan sudah menjadi tugas bagi kita untuk memberikan informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat dalam hal ini ibu menyusui. Memang tidak mudah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun temurun ada di masyarakat. Tetapi alangkah baiknya jika kita sebagai tenaga kesehatan mampu mengubah pola pikir masyarakat tentang mitos-mitos seputar ibu menyusui.







DAFTAR PUSTAKA